Selasa, 22 Januari 2013

Hukum Menyingkatkan Shallallah Alaih Wa Sallam Dalam Shalawat



Menyingkat Shallahu Alai Wa Sallam
Imam Muhammad Ibn Ya’qub al-Fairuz al-Abadiy mengatakan:
وَلاَ يَنْبَغِي أَنْ تَرْمُزَ لِلصَّلاَةِ كَمَا يَفْعَلُهُ بَعْضُ الْكُسَالَى وَالْجَهَلَةُ وَعَوَامُّ الطَّلَبَةِ فَيَكْتُبُوْنَ صُوْرَةَ (صلعم) بَدَلاً مِنْ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) .
Artinya:”Tidak pantas untuk menulis shalawat dengan singkatan sebagaimana hal itu dilakukan oleh sebagian manusia malas, tidak mengerti dan para penuntut ilmu yang masih awam, banyak diantara mereka menulis singkatan SAW sebagai ganti dari Shallallahu Alaihi Wasallam.”[1]
 
          Syaikh al-Thahthawiy mengatakan dalam kitab Hasyiyah al-Durrul Mukhtar; “Hukumnya makruh, menulis singkatan Shallahu Alaihi Wa sallam dengan menggunakan SAW untuk Nabi atau istilah Radhiyallahu Anhu dengan singkatan RA untuk para sahabat dan para ulama.
          Diriwayatkan oleh sebagian orang shalih, aku memiliki seseorang tetangga yang profesinya sebagai penyalin naskah kitab. Ketika ia meninggal, pada malam harinya aku menjumpainya dalam mimpiku. Aku bertanya kepadanya, apa yang Allah lakukan kepadamu? Kemudian ia menjawab: ”Allah telah mengampuni dosa-dosaku” Aku bertanya lagi, dengan sebab apa Allah mengampunimu? Ia menjawab: “Setiap aku menulis nama Nabi Muhammad di dalam tulisanku, aku selalu menulis shalawat atas beliau. Dengan sebab itulah Allah memberikan keistimewaan kepadaku.[2]
 


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الاَهْوَالِ وَالأفَاتِ وَتَقْضِىْ لَنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَتَرْفَعُنَابِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِىالْحَيَاتِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ

Khadimul Janabin Nabawiy
H. Rizqi Zulqornain al-Batawiy



[1] Imam Muhammad Ibn Ya’qub al-Fairuz al-Abadiy, al-Shilat Wa al-Bisyar Fi Shalat Ala Khair al-Basyar (Beirut: Dar al-Kutub 1985) h. 133.
[2] Syaikh Muhammad al-Mahdi Ibn Ahmad al-Fasiy, Mathali’ al-Masarrat Bi Jala Dalail al-Khairat (Jedah: al-Haramain) h. 63-64.

Tidak ada komentar: